Menasehati Diri Sendiri

image

Menjadi motivator untuk orang lain sudah sangat biasa. Dan mengaplikasikan apa yang sudah keluar dari mulut kita, itu baru luar biasa. Berarti kita bukanlah orang yang dibenci Allah,

“Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” QS. As Shaff : 3

Hanya saja kita terlalu menyibukkan diri menasehati orang lain dan selalu mentolerir kemalasan diri sendiri.

“Seharusnya kamu itu bla bla bla…”

“Kamu memang harus ngelakuin seperti yang aku omongin …”

Padahal apa yang kita sarankan itu hanya sebatas teori. Ketika kondisi yang mereka alami terjadi pada kita, seakan-akan kita lupa akan nasehat yang kita berikan.

Mungkin kita seharusnya berpikir untuk selalu menasehati diri sendiri sebelum menasehati orang lain.

“Jika memang aku mau fokus beasiswa, seharusnya aku mulai tinggalin yang gak penting.”

“Jika memang ingin menjadi suami yang baik, seharusnya aku harus banyak belajar ilmu agama.”

“Jika memang mau fokus jadi penulis, aku tidak boleh malas membaca.”

Sebetulnya contoh diatas itu benar-benar untuk penulis. 🙂

Namun setelah menasehati diri sendiri, maka sering-seringlah meminta nasehat dari orang lain.
Coba kosongkan pikiran. Hapuskan ego diri. Bersihkan hati. Karena sesungguhnya masalah yang ada dalam diri terjadi mungkin karena kita jarang membuka pikiran dan hati kita untuk dinasehati orang lain.

Kebiasaan menasehati diri dan meminta nasehat orang lain adalah dua hal yang sering luput dari jangkauan solusi hidup kita. Ini hanya nasehat untuk penulis bukan untuk orang lain. Semoga setiap masalah kita selalu dibukakan pintu solusi. Karena sesungguhnya Allah sesuai dengan prasangka hamba-Nya.

Wallahu’alam bis shawab

Leave a comment